Hanya 20 tahun setelah Nabi Muhammad SAW wafat, umat Islam tiba di Uighur, Xinjiang, perbatasan Cina, 3.000 km jauhnya dari Mekah.
Kaisar Tang, Cina, menawarkan perdamaian, ditandai dengan
diterimanya utusan, sahabat Nabi, Saad bin Abi Waqqash ra di pusat kerajaan
Cina.
Uighur
bergabung dalam daulah Islam di masa Utsman bin Affan ra., dari Uighur inilah
teknologi kertas pindah dari Cina ke negeri muslim, sehingga dimulailah
penyusunan mushaf Quran Utsmani.
Selama
1.400 tahun Uighur tetap menjadi negeri muslim, walaupun pernah dikuasai Mongol
di abad 13 M, bahkan di era imperialis Eropa yang menjajah Cina, para jago
kungfu Uighur, Xinjiang ikut terlibat dalam perlawanan mengusir penjajah Eropa,
salah satunya dalam tragedi the Boxer, dimana banyak jagoan kungfu Uighur
menghabisi tentara gabungan Inggris-Eropa di kota-kota Cina tahun 1900an.
Ketika Mao komunis terusir dari kota-kota Cina tahun 1940an, ia lari ke Xinjiang, menumpang hidup di wilayah Uighur.
Ketika Mao komunis terusir dari kota-kota Cina tahun 1940an, ia lari ke Xinjiang, menumpang hidup di wilayah Uighur.
Kini
komunis berbalik, menghabisi semua simbol Islam, dari negeri yang tersisa
Islamnya di Cina. Sebab semua sejarah Islam di Cina sudah banyak dihapus, yang
membuat kita tidak paham Wong Fei Hung seorang muslim. Bahwa Kaisar Ming Cina
di abad 15 M didominasi oleh gubernur dan jendral muslim hingga melahirkan
Cheng Ho.
Saat
revolusi Cina oleh Sun Yat Sen tahun 1910 masih ada jendral Cina yang muslim.
Dan di tahun 1945 ketika Mao komunis berkuasa, beberapa jendral Cina yang
muslim menyelamatkan diri ke Taiwan.
Wong
Fei Hung adalah seorang Ulama, Ahli Pengobatan, dan Ahli Beladiri legendaris
yang namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China.
Namun Pemerintah China sering berupaya mengaburkan jatidiri Wong Fei Hung
sebagai seorang muslim demi menjaga supremasi kekuasaan Komunis di China.
Wong
Fei-Hung dilahirkan pada tahun 1847 di Kwantung (Guandong) dari keluarga muslim
yang taat. Nama Fei pada Wong Fei Hung merupakan dialek Canton untuk menyebut
nama Arab, Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan dialek Kanton untuk
menyebut nama Arab, Hussein. Jadi, bila di-bahasa-arab-kan, namanya ialah
Faisal Hussein Wong.
Ayahnya,
Wong Kay-Ying adalah seorang Ulama, dan tabib ahli ilmu pengobatan tradisional,
serta ahli beladiri tradisional Tiongkok (wushu/kungfu). Ayahnya memiliki
sebuah klinik pengobatan bernama Po Chi Lam di Canton (ibukota Guandong). Wong
Kay-Ying merupakan seorang ulama yang menguasai ilmu wushu tingkat tinggi.
Ketinggian ilmu beladiri Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu
dari Sepuluh Macan Kwantung. Posisi Macan Kwantung ini di kemudian hari
diwariskannya kepada Wong Fei Hung.
Kombinasi
antara pengetahuan ilmu pengobatan tradisional dan teknik beladiri serta
ditunjang oleh keluhuran budi pekerti sebagai Muslim membuat keluarga Wong
sering turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu.
Karena itulah masyarakat Kwantung sangat menghormati dan mengidolakan Keluarga
Wong.
Pasien
klinik keluarga Wong yang meminta bantuan pengobatan umumnya berasal dari
kalangan miskin yang tidak mampu membayar biaya pengobatan. Walau begitu,
Keluarga Wong tetap membantu setiap pasien yang datang dengan sungguh-sungguh.
Keluarga Wong tidak pernah pandang bulu dalam membantu, tanpa memedulikan suku,
ras, agama, semua dibantu tanpa pamrih.
Wong
Fei-Hung mulai mengasah bakat beladirinya sejak berguru kepada Luk Ah-Choi yang
juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang kemudian mengajarinya
dasar-dasar jurus Hung Gar yang membuat Fei Hung sukses melahirkan Jurus
Tendangan Tanpa Bayangan yang legendaris. Dasar-dasar jurus Hung Gar ditemukan,
dikembangkan dan merupakan andalan dari Hung Hei-Kwun, kakak seperguruan Luk
Ah-Choi.
Setelah
berguru kepada Luk Ah-Choi, Wong Fei-Hung kemudian berguru pada ayahnya sendiri
hingga pada awal usia 20-an tahun, ia telah menjadi ahli pengobatan dan
beladiri terkemuka. Bahkan ia berhasil mengembangkannya menjadi lebih maju.
Kemampuan beladirinya semakin sulit ditandingi ketika ia berhasil membuat jurus
baru yang sangat taktis namun efisien yang dinamakan Jurus Cakar Macan dan
Jurus Sembilan Pukulan Khusus. Selain dengan tangan kosong, Wong Fei-Hung juga
mahir menggunakan bermacam-macam senjata. Masyarakat Canton pernah menyaksikan
langsung dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana ia seorang diri dengan
hanya memegang tongkat berhasil menghajar lebih dari 30 orang jagoan pelabuhan
berbadan kekar dan kejam di Canton yang mengeroyoknya karena ia membela rakyat
miskin yang akan mereka peras.
Dalam
kehidupan keluarga, Allah banyak mengujinya dengan berbagai cobaan. Seorang
anaknya terbunuh dalam suatu insiden perkelahian dengan mafia Canton. Wong
Fei-Hung tiga kali menikah karena istri-istrinya meninggal dalam usia pendek.
Setelah istri ketiganya wafat, Wong Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri
sampai kemudian ia bertemu dengan Mok Gwai Lan, seorang perempuan muda yang
kebetulan juga ahli beladiri. Mok Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan
hidupnya hingga akhir hayat. Mok Gwai Lan turut mengajar beladiri pada kelas
khusus perempuan di perguruan suaminya.
Pada
1924 Wong Fei-Hung meninggal dalam usia 77 tahun. Masyarakat Cina, khususnya di
Kwantung dan Canton mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum mustad’afin
(tertindas) yang tidak pernah gentar membela kehormatan mereka. Siapapun dan
berapapun jumlah orang yang menindas orang miskin, akan dilawannya dengan
segenap kekuatan dan keberanian yang dimilikinya. Wong Fei-Hung wafat dengan
meninggalkan nama harum yang membuatnya dikenal sebagai manusia yang hidup
mulia.
Gambar
: Wong Fei Hung (Muslim guandong Jago Kungfu)
dari : Efan Abu Muflih Ar-Rafa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar