Hari
nasional ini ditetapkan melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember
1959.
Dan
sebagai cikal bakal hari Pahlawan adalah
pertempuran pada 10 November 1945 di Surabaya, Jawa Timur.
Pada
pertempuran tersebut, rakyat Indonesia yang ada di Surabaya berusaha untuk
mengusir penjajah dengan dipimpin oleh Bung Tomo.
Dengan
memperingati hari pahlawan, diharapkan generasi muda saat ini dapat lebih
menghargai jasa dan pengorbanan para pahlawan.
The
Founding Fathers Bung Karno pernah
mengungkapkan, bahwa Bangsa yang besar ialah bangsa yang menghargai jasa para
pahlawannya.
Untuk
mengingat kembali jasa para pahlawan dan menjadikan motivasi, berikut ini
beberapa pesan para pahlawan yang dapat kita renungkan, seperti dilansir surat
Edaran Mendikbud tentang Peringatan Hari Pahlawan 2019.
“Berikan
aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Dan berikan aku
10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” “Bangsa yang besar adalah bangsa
yang menghormati jasa pahlawannya.” (Pidato
Hari Pahlawan 10 November 1961)
“Bangsa
yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat
berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka” (Pidato HUT Proklamasi 1963)
“Perjuanganku
lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena
melawan bangsamu sendiri”
“Jangan
Sekali-kali Meninggalkan Sejarah”
Moh. Hatta :
“Pahlawan
yang setia itu berkorban, bukan buat dikenal namanya, tetapi semata-mata untuk
membela cita-cita”
“Jatuh
bangunnya negara ini, sangat tergantung dari bangsa ini sendiri. Makin pudar
persatuan dan kepedulian, Indonesia hanyalah sekedar nama dan gambar seuntaian
pulau di peta. Jangan mengharapkan bangsa lain respek terhadap bangsa ini, bila
kita sendiri gemar memperdaya sesama saudara sebangsa, merusak dan mencuri
kekayaan Ibu Pertiwi.”
“Jangan
memperbanyak lawan, tetapi perbanyaklah kawan”.
(Pidato Bung Tomo melalui
Radio Pemberontakan).
“Selama
banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin
secarik kain putih merah dan putih maka selama itu tidak akan kita mau menyerah
kepada siapapun juga.”
(Pidato Bung Tomo di
radio pada saat pertempuran menghadapi Inggris di Surabaya bulan November
1945).
Jenderal Sudirman :
“Tempat
saya yang terbaik adalah ditengah-tengah anak buah. Saya akan meneruskan
perjuangan. Met of zonder Pemerintah TNI akan berjuang terus”.
(Disampaikan
pada jam-jam terakhir sebelum jatuhnya Yogyakarta dan Jenderal Sudirman dalam
keadaan sakit, ketika menjawab pernyataan Presiden yang menasihatinya supaya
tetap tinggal di kota untuk dirawat sakitnya).
Pattimura :
“Pattimura-pattimura
tua boleh dihancurkan, tetapi kelak Pattimura-pattimura muda akan bangkit”
(Disampaikan
pada saat akan digantung di Kota Ambon tanggal 16 Desember 1817).
Prof. DR. R. Soeharso :
“Right
or Wrong my country, lebih-lebih kalau kita tahu, negara kita dalam keadaan
bobrok, maka justru saat itu pula kita wajib memperbaikinya“.
(Pernyataannya
sebagai seorang nasionalis dan patriot).
Prof. Moh. Yamin, SH :
“Cita-cita
persatuan Indonesia itu bukan omong kosong, tetapi benar-benar didukung oleh
kekuatan-kekuatan yang timbul pada akar sejarah bangsa kita sendiri“.
(Disampaikan
pada konggres II di Jakarta tanggal 27-28 Oktober 1928 yang dihadiri oleh
berbagai perkumpulan pemuda dan pelajar, dimana ia menjabat sebagai sekretaris).
Supriyadi :
“Kita
yang berjuang jangan sekali-kali mengharapkan pangkat, kedudukan ataupun gaji
yang tinggi“.
(Disampaikan
pada saat Supriyadi memimpin pertemuan rahasia yang dihadiri beberapa anggota
Peta untuk melakukan pemberontakan melawan Pemerintah Jepang).
Teuku Nyak Arif :
“Indonesia
merdeka harus menjadi tujuan hidup kita bersama“
(Disampaikan
pada pidato bulan Maret 1945, dimana Teuku Nyak Arif menjadi Wakil Ketua DPR
seluruh Sumatera).
Abdul Muis :
“Jika
orang lain bisa, saya juga bisa, mengapa pemuda-pemuda kita tidak bisa, jika
memang mau berjuang“.
(Menceritakan
pengalamannya di luar negeri kepada para pemuda di Sulawesi, ketika Abdul Muis
melakukan kunjungan ke Sulawesi sebagai anggota Volksraad dan sebagai wakil
SI).
Pangeran Sambernyowo / KGPAA Mangkunegoro I :
Rumongso
melu handarbeni ( merasa ikut memiliki ),
Wajib melu hangrungkebi ( wajib ikut mempertahankan )
Mulat sario hangroso wani ( mawas diri dan berani bertanggung jawab ).
(Merupakan prinsip Tri Dharma yang dikembangkan oleh Mangkunegoro I).
Wajib melu hangrungkebi ( wajib ikut mempertahankan )
Mulat sario hangroso wani ( mawas diri dan berani bertanggung jawab ).
(Merupakan prinsip Tri Dharma yang dikembangkan oleh Mangkunegoro I).
Silas Papare :
“Jangan
sanjung aku, tetapi teruskanlah perjuanganku”
(
Disampaikan pada saat memperjuangkan Irian Barat / Papua agar terlepas dari
belenggu kolonialisme Belanda dan kembali bergabung dengan NKRI).
Nyi Ageng Serang :
“Untuk
keamanan dan kesentausaan jiwa, kita harus mendekatkan diri kepada Tuhan Yang
Maha Esa, orang yang mendekatkan diri kepada Tuhan tidak akan terperosok
hidupnya, dan tidak akan takut menghadapi cobaan hidup, karena Tuhan akan
selalu menuntun dan melimpahkan anugerah yang tidak ternilai harganya“.
(Disampaikan
pada saat Nyi Ageng Serang mendengarkan keluhan keprihatinan para
pengikut/rakyat, akibat perlakuan kaum penjajah ).
Gubenur Suryo
“Berulang-ulang
telah kita katakan, bahwa sikap kita ialah lebih baik hancur daripada dijajah
kembali” (Pidato Gubernur Suryo di radio
menjelang pertempuran 10 November 1945 di Surabaya)
Pangeran Diponegero
Pahlawan-pahlawan
di dalam tentara kami, satu dengan yang lainnya berselisih, dan kemudian yang
gagah berani menyerah
Dan sebagai salah satu putra dari seorang Pejuang Kemerdekaan, saya mengajak kepada segenap warga negara yang menghormati perjuangannya, mari kita jaga NKRI, dengan mengamalkan Pancasila dan mengimplementasikan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 di dalam kehidupan kita yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
Surat Keputusan Penganugerahan Gelar Kehormatan
Veteran Pejuang Kemerdekaan RI
Beliau Abah tercinta, Pahlawan dan Guru sejatiku
Beliau Abah dan Ibu tercinta, Pahlawan dan Guru sejatiku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar